Saturday, March 19, 2011

Agnostik


Pengertian

Secara etimologi, kata agnostik (Inggris: Agnostic, Agnosticism) berasal dari kata Yunani a yang berarti “bukan”, “tidak”, dan gnostikos yang berarti “orang yang mengetahui atau mempunyai pengetahuan tentang sesuatu”. Kata agnostos berarti “tidak diketahui”.

Sedangkan secara terminologi, kata ini dapat berarti :

1. Keyakinan bahwa kita tidak dapat memiliki pengetahuan tentang Tuhan, sehingga mustahil bagi kita untuk membuktikan ada atau pun tidak adanya Tuhan.

2. Terkadang digunakan digunakan untuk menunjuk pada penangguhan putusan tentang beberapa jenis pengetahuan. Misalnya pengetahu tentang jiwa, alam baka, roh-roh, kehidupan di luar bumi, dll.

3. Keyakinan akan ketidakmampuan untuk memahami atau memperoleh pengertian, terutama pengertian Tuhan dan tentang asas-asas pokok agama dan filsafat.

4. Ajaran yang secara keseluruhan atau sebagian menyangkal kemungkinan untuk mengetahui Alam Semesta.

Antara Ateis dan Agnostik
Menurut Richard Dawkins, seorang ateis sejati, sikap agnostik ini merupakan sikap yang plin-plan karena tidak tegas dalam memilih terutama mengenai keberadaan Tuhan: ada, atau tidak ada. Secara tegas Dawkins pun mengatakan, menjadi seorang yang agnostik berarti menjadi seorang yang pengecut, seperti mencari jalan aman untuk terhindar dari perdebatan mengenai ada atau tidak adanya Tuhan.

Berbeda dengan Dawkins, Bertrand Russel, yang lebih memilih disebut agnostik ketimbang ateis, mengatakan bahwa justru bersikap agnostik adalah bukti bahwa seseorang itu rendah hati. Ia menyadari bahwa argumen-argumen yang mendukung adanya Tuhan maupun argumen-argumen yang mendukung tidak adanya Tuhan tidak dapat benar-benar membuktikan ada atau tidak adanya Tuhan. Apalagi, dengan perkembangan sains sekarang yang begitu pesat, pembuktian mengenai keberadaan Tuhan (ada atau tidak ada) dapat sewaktu-waktu ditemukan, jadi sikap yang paling bijaksan adalah menunda pernyataan mengenai hal tersebut hingga ditemukan bukti yang tidak terbantahkan lagi.

Argumen Le Pari VS Agnostisisme

Le pari merupakan argumen teistik yang dipopulerkan oleh Blaise Pascal, yang berarti: pertaruhan. Dalam hal ini, setiap manusia harus melakukan pertaruhan yang membuat selalu menang atau tidak rugi sedikit pun. Sebagai manusia, memegang posisi percaya pada Tuhanlah yang paling aman, karena jika ternyata Tuhan tidak ada, maka setidaknya sebagai manusia kita telah melakukan hal-hal baik semasa hidup (aturan-aturan agama).

Tetapi saya pribadi kurang suka dengan le pari. Karena dalam pertaruhan ini, sejauh pemahaman saya sama sekali tidak ada proses berpikir, minimal berusaha mencari bukti ada atau tidak adanya Tuhan. Sampai akhirnya, saya tahu mengenai agnostik dan anekdotnya.

Anekdot agnostik kurang lebih seperti ini:

Seorang agnostik meninggal, di alam baka ia bertemu dengan malaikat yang hendak membawanya ke neraka. Akan tetapi karena tidak jelas posisi si agnostik ini (apakah teis atau ateis) maka para malaikat membawanya untuk berbincang dengan Tuhan.

Tuhan : “Mengapa semasa hidup kau tidak mempercayai atas keberadaanku? Sudah sepantasnya kau kumasukkan ke dalam neraka!”
Si agnostik : “Entahlah Tuhan, aku hanya menunda saja sikapku, apakah akan mempercayai keberadaanmu atau tidak. Di dunia, baik yang teis maupun yang ateis, tidak memiliki bukti yang sama-sama kuat untuk mendukung keberadaanmu. Sikap apalagi yang harus kuperbuat? Bukankah lebih baik kau tunjukkan langsung bukti-bukti keberadaanmu pada manusia di dunia? Sehingga aku bisa dengan pasti mempercayai keberadaanmu.”


Tuhan pun tak dapat menyangkalnya, sehingga ia memasukkan si agnostik tadi ke surga.

Antara argumen le pari dan argumen agnostik ini, walaupun sama-sama mencari aman, terdapat perbedaan. Seperti sebelumnya saya katakan, ketika melakukan pertaruhan (dengan percaya atas keberadaan Tuhan), seseorang tidak berpikir kritis lagi terhadap keberadaan Tuhan. Sedangkan seorang agnostik akan terus menerus mencari bukti-bukti dan pengetahuan-pengetahuan baru yang akan menambah wawasan mereka karena mereka berada dalam kondisi menunda dan tidak terpaku pada suatu keyakinan tertentu, menjadikan mereka lebih bebas dan kritis.

No comments:

Post a Comment